Akhlaq
dalam Islam itu meliputi dimensi batiniyah dan lahiriyah sekaligus, apa yang
ada dalam hati dan apa yang tercermin dalam perilaku melalui organ-organ
tubuh kita. Inilah yang membedakan akhlaq dengan etiket. Jika etiket hanya
mementingkan apa yang nampak dari diri seseorang, akhlaq tidak. Dalam konsep
akhlaq, yang ada dalam batin kita harus bersih dan baik – yang kemudian
tercermin dalam perilaku kita. Bukan hanya baik diluarnya, sebagaimana yang
terjadi pada orang yang pura-pura dan mengidap penyakit nifaq.
Pertanyaannya,
mengapa kita harus berakhlaq mulia dan membebaskan diri dari akhlaq tercela?
Jawabannya setidak-tidaknya bisa dijelaskan dalam delapan poin.
Pertama, misi utama Islam adalah menyempurnakan akhlaq
yang mulia. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku diutus
hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).
Bahkan ibadah-ibadah yang kita lakukan pun selalu dikaitkan dengan
pembersihan jiwa dan pencapaian akhlaq yang mulia. Penjelasannya ada disini.
Kedua, akhlaq yang mulia merupakan warisan
Rasulullah saw, sementara beliau adalah uswah (teladan) kita. Allah SWT
berfirman, ”Dan sesungguhnya kamu )wahai Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam : 4)
Ketiga, akhlaq merupakan parameter utama keimanan. Rasulullah
saw bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaqnya” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban).
Rasulullah
saw juga mengaitkan akhlaq yang mulia dengan kualitas keimanan. Diantaranya
adalah dalam hadits beliau: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam. Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya.
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia
memuliakan tamunya”. (HR Muslim).
Bahkan
Rasulullah saw mengecam orang yang berakhlaq buruk dan menyebutnya tidak
beriman. Rasulullah saw bersabda, "Demi Allah tidaklah beriman, demi Allah
tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman," Mereka (para sahabat)
berkata; "Apa itu wahai Rasulullah?" Rasulullah saw bersabda:
"Yaitu seseorang yang tetangganya tidak bisa aman dari bawa`iqnya".
Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah apa itu bawa`iqnya?" Rasulullah
saw bersabda: "Kejelekan dan kejahatannya." (HR Ahmad)
Keempat, akhlaq yang mulia akan memberatkan
timbangan dan meninggikan derajat seseorang di surga.Rasulullah
saw bersabda, “Tidak ada sesuatupun yang lebih memberatkan timbangan (kebaikan)
(pada Hari Kiamat) daripada akhlaq yang baik” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu
Hibban). Beliau saw juga menjanjikan rumah di surga yang tertinggi bagi orang
yang baik akhlaqnya. Beliau saw bersabda, Aku menjamin sebuah rumah di tepi
surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan yang tidak perlu meskipun ia
berada di pihak yang benar; dan sebuah rumah di tengah-tengah surga bagi
orang yang meninggalkan dusta, meskipun gurau; dan sebuah rumah di surga yang
tertinggi bagi orang yang baik akhlaqnya” (HR Abu Dawud dengan sanad yang
shahih).
Kelima, akhlaq yang mulia merupakan sebab masuk
surga dan terhindar dari neraka. Rasulullah
saw pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke
dalam surga, maka beliau pun menjawab: "Takwa kepada Allah dan akhlak
yang mulia." Beliau juga pernah ditanya tentang sesuatu yang paling
banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka beliau menjawab: "Mulut
dan kemaluan." (HR At-Tirmidzi)
Keenam, akhlaq yang mulia sanggup mengubah
permusuhan menjadi persahabatan. Allah SWT
berfirman, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan
itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
(QS. Fushilat : 34)
Ketujuh, akhlaq merupakan salah satu faktor
terpenting penjaga keistiqamahan seseorang. Diantara akhlaq-akhlaq penjaga
keistiqamahan tersebut adalah: ikhlas, sabar, tawakkal, kelapangan dada,
berani, jujur, rasa malu dan sebagainya.
Dan kedelapan, akhlaq merupakan faktor utama bagi
keberhasilan dakwah. Perhatikanlah firman Allah SWT:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu*. (QS.
Ali Imran: 159)
*Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah
lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
Karena
itu, Allah SWT berfirman: Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. (QS. An Nahl : 125)
Dengan
akhlaq yang mulia, Rasulullah saw sanggup meluluhkan hati keras seorang Arab
Badui yang secara tidak sopan buang air kecil didalam masjid. Sebagaimana
diceritakan dalam hadits muttafaq ‘alaih, suatu ketika seorang Arab Badui
datang ke masjid Nabi dan buang air kecil di dalam masjid tersebut. Kontan
saja para sahabat yang mengetahui hal itu langsung marah dan siap memukul
Arab Badui tersebut. Tetapi Rasulullah saw mencegahnya. Bukannya marah-marah,
Rasulullah saw justru menunggu si Badui itu menyelesaikan buang airnya.
Setelah itu dengan tenang Rasulullah saw menyiram tanah yang barusan
dikencingi oleh si Badui tersebut, sementara si Badui hanya tertegun
melihatnya. Ternyata dengan tindakan Rasulullah saw ini, hati si Badui
menjadi luluh, dan akhirnya menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah
saw.
|
Kamis, 06 Juni 2013
8 ALASAN MENGAPA HARUS BERAKHLAQ MULIA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar