Selasa, 11 Juni 2013

Ghuroba'


غرباء و لغير الله لا نحني الجباه

غرباء و ارتضيناها شعارا في الحياة



ان تسال عنا فإنا لا نبالي بالطغاة

نحن جند الله دوما دربنا درب الاباة

غرباء غرباء غرباء غرباء

Qod Tamallah



قد تمم الله مقاصدنا

وزال عنا جميع الهم

ببركة النور شافعنا

جوده وفضله علينا عم

طابت بذكره مشاربنا

وكم مننه علينا كم

وكم تفضل وكم أغنى

وكم تكرم وكم أنعم

…..

ليلة صفا قد صفت معنا

ونورها بيننا يقسم

حاشا الهي يخيبنا

وله مواهب علينا جم

عسى بفضله يعاملنا

من العقاب والغضب نسلم

وعاقبتنا تقع حسنى

بحين ما عمرنا يختم

في جنة الخلد يدخلنا

مع النبي المصطفى الأكرم

صلوا على من به سدنا

على فصيح كذا أعجم

Minggu, 09 Juni 2013

Islam Menjaga Kita


Jika syariat Islam diterapkan secara kaaffah, kita akan menemukan kedamaian, kenyamanan dan keamanan. Syariat Islam memang diciptakan untuk kita.

Seluruh ajaran Islam mengandung kemaslahatan. Islam merupakan agama mudah, toleran, dan penuh keadilan. Salah satu bukti yang menunjukkan ketinggian Islam adalah disyari'atkannya hudud (hukuman) terhadap pelanggar pidana dalam kasus-kasus tertentu. Terutama dalam kejahatan yang mengakibatkan kerugian pihak lain, baik materi, moral maupun jiwa. Karena itu, Islam sangat ketat dan tegas dalam melindungi umat, baik yang berkaitan dengan jiwa, harta, kehormatan, akal dan sebagainya.
Islam dengan tegas mengharamkan pembunuhan, yaitu menumpahkan darah kaum Muslimin, ahli dzimmah (orang kafir yang hidup berdampingan dengan kaum Muslimin dan tidak memerangi mereka) serta darah mu'ahid (orang kafir yang mengikat perjanjian damai dengan umat Islam dengan persyaratan tertentu). Bagi yang menumpahkan darah kaum Muslimin dengan sengaja, maka Allah SWT mengancam dengan keras dalam firman-Nya,  “Dan barangsiapa yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, maka balasannnya jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya,” (QS an-Nisa: 93).
Pembunuhan termasuk kabair (dosa besar) dan merupakan salah satu dari tujuh hal yang membinasakan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw, “Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan!” Rasulullah saw menyebutkan salah satunya adalah membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali secara haq. Haq atau alasan yang dapat dibenarkan dalam Islam untuk membunuh seseorang ada tiga, yaitu qishash (hukuman mati bagi seorang pembunuh),rajam (hukuman mati bagi pezina yang sudah menikah) dan riddah (kafir setelah beriman).
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang membunuh seorang mu'ahid, maka dia tidak akan mencium bau surga," (HR Bukhari).
Jika membunuh seorang mu'ahid saja demikian tegas ancamannya, maka bagaimana membunuh seorang Muslim. Karena itu Islam mewajibkan hukuman mati bagi seseorang yang membunuh orang lain secara sengaja. Tujuannya, agar semua orang merasa aman terhadap keselamatan jiwa dan nyawa mereka. AllahSWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita,” (QS al-Baqarah : 178).
Sebagai bentuk penjagaan terhadap akal, Islam mengharamkan khamar yang juga tergolong di dalamnya narkoba. Allah mengharamkan khamar karena di dalamnya terkumpul berbagai kerusakan, dapat menghancurkan kepribadian, membunuh akal serta memusnahkan harta dengan tanpa guna. Andaikan khamar itu sekadar merugikan secara materi, mengurangi kepribadian, menjatuhkan nama dan keadilan seseorang, maka hal itu sudah cukup menjadi alasan bagi orang yang berakal untuk menjauhinya.
Untuk menjaga harta, maka Islam mengharamkan segala bentuk pencurian. Mencuri termasuk dosa besar, sehingga pelakunya diancam dengan hukuman yang sangat buruk, yaitu potong tangan. Dengan ditegakkannya hukuman ini, maka harta akan terjaga. Sebab, orang yang akan mengambil harta orang lain akan berpikir panjang, karena tangannya akan menjadi taruhan. Dengan demikian masyarakat akan aman, tidak ada rasa takut kemalingan atau dirampok. Allah berfirman, “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan dari apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,” (QS al-Maidah: 38).
Sebagai penjagaan terhadap nasab maka Islam mengharamkan perzinaan dan segala sarana yang mengantarkan pada perbuatan tersebut, seperti berbicara, melihat dan mendengarkan hal-hal yang haram yang memicu terjadinya perbuatan zina. Selain akan mendatangkan murka Allah, perzinaan juga memiliki dampak kerusakan yang sangat besar, seperti munculnya penyakit-penyakit ganas, ternodainya kehormatan dan harga diri seseorang, tercampurnya nasab dan keturunan secara tidak jelas, sehingga seorang anak dinasabkan kepada bukan ayahnya dan mewarisi dari selain kerabatnya. Dan banyak lagi kerusakan dan kezaliman yang timbul akibat perzinaan ini, dan Allah Maha Tahu atas semua itu. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” (QS al-Isra’: 32).
Untuk menjaga manusia dari kekejian tersebut, Islam mewajibkan hukuman dera seratus kali bagi perjaka atau gadis yang berzina dan diasingkan selama satu tahun. Allah berfirman, “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari Akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman,”  (QS an-Nuur: 2).
Sedangkan bagi pezina yang sudah menikah (muhshan) maka hukumannya dirajam hingga meninggal dunia. Namun pelaksanaan rajam ini harus jelas kasusnya, tanpa ada syubhat sedikit pun dan dengan persaksian empat orang, atau sang wanita menunjukkan kehamilannya, atau atas pengakuan dari pelakunya sebanyak empat kali.
Untuk menjaga kehormatan, Islam mengharamkan tuduhan zina terhadap orang baik-baik dan mengancam dengan hukuman yang sangat keras. Allah berfirman, “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik,” (QS an-Nuur: 4).
Dengan demikian, diadakannya hukuman bagi para pelanggar hukum Allah merupakan cara pemeliharaan terhadap tubuh manusia itu sendiri. Kian merebaknya berbagai kerusakan saat ini, menandakan tak dilaksanakannya hukum Allah. Jadi, hanya ada satu pilihan kalau kita menginginkan keamanan, ketenteraman dan kedamaian: laksanakan hukum Islam secara kaaffah.

Kamis, 06 Juni 2013

8 ALASAN MENGAPA HARUS BERAKHLAQ MULIA

Akhlaq dalam Islam itu meliputi dimensi batiniyah dan lahiriyah sekaligus, apa yang ada dalam hati dan apa yang tercermin dalam perilaku melalui organ-organ tubuh kita. Inilah yang membedakan akhlaq dengan etiket. Jika etiket hanya mementingkan apa yang nampak dari diri seseorang, akhlaq tidak. Dalam konsep akhlaq, yang ada dalam batin kita harus bersih dan baik – yang kemudian tercermin dalam perilaku kita. Bukan hanya baik diluarnya, sebagaimana yang terjadi pada orang yang pura-pura dan mengidap penyakit nifaq.
Pertanyaannya, mengapa kita harus berakhlaq mulia dan membebaskan diri dari akhlaq tercela? Jawabannya setidak-tidaknya bisa dijelaskan dalam delapan poin.
Pertama, misi utama Islam adalah menyempurnakan akhlaq yang mulia. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim). Bahkan ibadah-ibadah yang kita lakukan pun selalu dikaitkan dengan pembersihan jiwa dan pencapaian akhlaq yang mulia. Penjelasannya ada disini.
Kedua, akhlaq yang mulia merupakan warisan Rasulullah saw, sementara beliau adalah uswah (teladan) kita. Allah SWT berfirman, ”Dan sesungguhnya kamu )wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam : 4)
Ketiga, akhlaq merupakan parameter utama keimanan. Rasulullah saw bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban).
Rasulullah saw juga mengaitkan akhlaq yang mulia dengan kualitas keimanan. Diantaranya adalah dalam hadits beliau: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. (HR Muslim).
Bahkan Rasulullah saw mengecam orang yang berakhlaq buruk dan menyebutnya tidak beriman. Rasulullah saw bersabda, "Demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman," Mereka (para sahabat) berkata; "Apa itu wahai Rasulullah?" Rasulullah saw bersabda: "Yaitu seseorang yang tetangganya tidak bisa aman dari bawa`iqnya". Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah apa itu bawa`iqnya?" Rasulullah saw bersabda: "Kejelekan dan kejahatannya." (HR Ahmad)
Keempat, akhlaq yang mulia akan memberatkan timbangan dan meninggikan derajat seseorang di surga.Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada sesuatupun yang lebih memberatkan timbangan (kebaikan) (pada Hari Kiamat) daripada akhlaq yang baik” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban). Beliau saw juga menjanjikan rumah di surga yang tertinggi bagi orang yang baik akhlaqnya. Beliau saw bersabda, Aku menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan yang tidak perlu meskipun ia berada di pihak yang benar; dan sebuah rumah di tengah-tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta, meskipun gurau; dan sebuah rumah di surga yang tertinggi bagi orang yang baik akhlaqnya” (HR Abu Dawud dengan sanad yang shahih).
Kelima, akhlaq yang mulia merupakan sebab masuk surga dan terhindar dari neraka. Rasulullah saw pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau pun menjawab: "Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia." Beliau juga pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka beliau menjawab: "Mulut dan kemaluan." (HR At-Tirmidzi)
Keenam, akhlaq yang mulia sanggup mengubah permusuhan menjadi persahabatan. Allah SWT berfirman, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (QS. Fushilat : 34)
Ketujuh, akhlaq merupakan salah satu faktor terpenting penjaga keistiqamahan seseorang. Diantara akhlaq-akhlaq penjaga keistiqamahan tersebut adalah: ikhlas, sabar, tawakkal, kelapangan dada, berani, jujur, rasa malu dan sebagainya.
Dan kedelapan, akhlaq merupakan faktor utama bagi keberhasilan dakwah. Perhatikanlah firman Allah SWT: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu*. (QS. Ali Imran: 159)
*Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
Karena itu, Allah SWT berfirman: Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (QS. An Nahl : 125)
Dengan akhlaq yang mulia, Rasulullah saw sanggup meluluhkan hati keras seorang Arab Badui yang secara tidak sopan buang air kecil didalam masjid. Sebagaimana diceritakan dalam hadits muttafaq ‘alaih, suatu ketika seorang Arab Badui datang ke masjid Nabi dan buang air kecil di dalam masjid tersebut. Kontan saja para sahabat yang mengetahui hal itu langsung marah dan siap memukul Arab Badui tersebut. Tetapi Rasulullah saw mencegahnya. Bukannya marah-marah, Rasulullah saw justru menunggu si Badui itu menyelesaikan buang airnya. Setelah itu dengan tenang Rasulullah saw menyiram tanah yang barusan dikencingi oleh si Badui tersebut, sementara si Badui hanya tertegun melihatnya. Ternyata dengan tindakan Rasulullah saw ini, hati si Badui menjadi luluh, dan akhirnya menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah saw.


Rabu, 05 Juni 2013

Falsafah Lima Jari



Sahabat, ada falsafah tentang lima jari kita...

1.. Ada si gendut jempol yang selalu berkata baik dan menyanjung.
2.. Ada telunjuk yang suka menunjuk dan memerintah.
3.. Ada si jangkung jari tengah yang sombong dan suka menghasut jari telunjuk.
4.. Ada jari manis yang selalu menjadi teladan, baik, dan sabar sehingga diberi hadiah cincin.
5.. Dan ada kelingking yang lemah dan penurut serta pemaaf (ingatkah anda waktu kecil kalau kita berbaikan dengan musuh kita pasti saling sentuh jari kelingking?).

Dengan perbedaan positif dan negatif yang dimiliki masing-masing jari, mereka bersatu untuk mencapai tujuan (menulis, memegang, menolong anggota tubuh yg lain, melakukan pekerjaan, dll).

Sahabat, Pernahkah kita bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol semua?

Falsafah ini sederhana namun sangat berarti. Kita diciptakan dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu, saling menyayangi,saling menolong, saling membantu, saling mengisi, bukan untuk saling menuduh, menunjuk, merusak, dan bahkan membunuh. Sudahkah kasih sayang anda hari ini bertambah? Semoga bermanfaat.

Terimakasih telah membaca... Salam MOTIVASI...!